Hari ini adalah tanggal 22 Desember 2012 dimana banyak isu yang mengatakan bahwa hari ini adalah hari kegelapan, hari kiamat dsb. Padahal, dibalik semua ramalan konyol dan nggak penting itu, ada hari spesial yang justru jauh lebih penting dan berarti yaitu Hari Ibu.
Pagi ini, hampir semua status di BB mengucapkan Happy Mother's Day. Sayang, saya sudah tidak bisa lagi mengucapkan Happy Mother's Day kepada mami saya karena ia sudah meninggal. Lucunya (sekaligus menjadi penyesalan saya), waktu mami saya masih hidup, saya tidak pernah mengucapkan selamat hari ibu kepadanya, tetapi setelah ia meninggal, saya malah merasa iri dengan orang lain yang masih bisa mengucapkan langsung kepada ibunya.
Saya banyak merasa kehilangan sesuatu yang dulu bagi saya adalah hal yang "menyebalkan" atau "hanya rutinitas" yang mami saya lakukan waktu ia masih hidup. Mami saya itu seperti ibu-ibu kebanyakan, dia cerewet sekaligus sangat perhatian dengan anak-anaknya, juga dengan papi saya. Saking perhatiannya, ia rela mengorbankan apa saja untuk kami. Tanpa lelah, ia bekerja dari pagi sampai sore, tak kenal putus asa ia selalu mendoakan kami, dan tak pernah bosan ia selalu menelepon kami hanya untuk berbincang-bincang atau menanyakan kabar. Sekarang, saya baru sadar bahwa sebagai seorang anak, saya itu sangat keterlaluan karena saya jarang menelepon mami saya, selalu ia yang terlebih dahulu menelepon kami. (Kalau pun saya telpon pasti ada maunya atau sekadar menanyakan dan meminta resep masakan). Dulu, saya bisa merasa bosan kalau mami saya telpon atau sms. Sekarang, saya merasa kangen dengan telpon dan sms dari mami saya.
Mami saya juga rela bolak balik Padang-Jakarta hanya untuk membantu saya menjaga Kathleen, anak saya terutama waktu Lebaran tiba dan pembantu pulang kampung. Padahal, ia masih banyak pekerjaan di Padang yang sebenarnya tidak bisa ia tinggalkan. Ia banyak menderita dari sejak menikah sampai ia meninggal. Banyak penderitaan dan air mata yang harus dijalaninya, tetapi ia tetap kuat di dalam Tuhan karena ia selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Dibalik segala kecerewetannya, ia adalah sosok wanita yang kuat, tabah dan tangguh.
Ia sangat takut dengan gempa bumi karena di Padang sering terjadi gempa bumi yang cukup kuat. Kalau tiba-tiba ada gempa, ia bisa lari terbirit-birit ke lantai bawah dan segera berlari ke luar rumah karena ia sangat takut kalau rumah roboh. Rumah kami di Padang ada 3 lantai, lantai bawah untuk usaha, lantai 2 dan 3 adalah tempat tinggal. Mami dan papi saya hanya tinggal berdua di Padang karena kami semua anaknya tinggal di Jakarta.
rumah papi mami yang tinggal puing-puing |
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau ketakutan mami saya terhadap gempa dan rumah ambruk itu bisa benar-benar terjadi. Tanggal 30 September 2009, pukul 5 lewat 15 menit sore, terjadi gempa bumi yang sangat kuat. Waktu itu, kedua orang tua saya sedang nonton TV di dalam kamar di lantai 2. Begitu ada gempa yang sangat kuat, seperti biasanya mami saya langsung lari sambil berteriak kepada papi saya menyuruhnya segera lari juga. Namun, papi saya masih tetap bertahan di dalam kamar. Mami saya lari sendiri dan setelah tiba di lantai satu, ia berencana untuk keluar dari pintu samping belakang rumah. Tepat pada saat itu, rumah kami benar-benar roboh dan menimpa mami saya. Mami saya tidak keburu untuk menyelamatkan dirinya. Mami saya meninggal di tempat. Sedangkan papi saya yang masih bertahan di lantai dua terjebak di dalam reruntuhan selama 14 jam. Ia berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup dan tidak mengalami luka yang berarti.
Waktu mendengar kabar itu, saya tidak histeris dan bisa tetap tegar serta tenang. Saya sendiri tidak mengerti mengapa saya bisa setegar itu. Tapi saya tahu, semua kekuatan yang saya dapat pada saat itu, adalah berasal dari Tuhan. Saya mengerti kalau Tuhan itu sangat mengasihi mami dan papi saya. Papi saya selamat karena Tuhan mengasihinya dan memberikan mujizat sehingga ia masih bisa hidup dan tidak mengalami luka yang berarti. Mami saya meninggal pun karena Tuhan sangat mengasihinya. Mungkin di benak orang pada waktu itu, mereka merasa kasihan dengan nasib mami saya yang harus meninggal dengan tragis. Apalagi, pada saat evakuasi berlangsung, banyak sekali orang yang menonton dan menatap jenazah mami saya dengan tatapan iba, aneh dan entah apa lagi. Mungkin mereka berpikir ," Tragis banget nasib orang ini." Bahkan, jenazah mami saya sudah ditutup dengan kain pun, mereka masih berusaha membuka untuk sekedar mengintipnya dan itu membuat hati kami menjadi miris karena jenazah mami kami hanya menjadi tontonan orang banyak.
Namun, saya belajar untuk melihat semua peristiwa ini dari sudut pandang Tuhan. Belakangan, sebelum mami saya meninggal, ia sering mengeluh letih karena sudah mulai memasuki masa menopause. Ia menjadi gampang lelah dan sering tertidur. Ia takut memasuki masa menopause dan Tuhan tidak membiarkan itu terjadi. Sebelum ia harus lebih menderita ditambah karena menopause, Tuhan telah memanggilnya.
Tugas mami saya di dunia ini sudah selesai sehingga Tuhan memanggilnya. Saya memiliki iman kalau mami saya sekarang sudah bahagia di Surga. Tidak ada lagi air mata di sana, tidak ada lagi penderitaan, dan tidak perlu lagi bekerja keras banting tulang. Ia juga tidak harus mengalami sakit penyakit dahulu di dunia baru dipanggil Tuhan dan Tuhan memanggilnya dengan cara demikian karena pasti itu adalah hal yang terbaik yang Tuhan berikan untuk mami saya. Bahkan, karena mami kami meninggal karena bencana, kami pun tidak bisa memberikan upacara penguburan yang layak untuknya. Lebih lagi, kami pun tidak bisa melayat ke kuburan mami kami, karena ia tidak mempunyai kuburan. Karena keadaan darurat, kami hanya bisa menabur abunya ke laut. Tetapi, kami bisa menerima semua itu dengan lapang dada karena kami percaya kepada Tuhan dan kenal Dia dengan baik bahwa Ia adalah Tuhan yang baik.
Mami dan Papi |
Banyak orang bilang, Tuhan mengizinkan bencana alam terjadi karena banyak perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia. Jadi, apakah kalau ada bencana alam dan semua orang yang meninggal itu adalah orang jahat dan berdosa ? Dan, bagi orang yang selamat adalah orang baik dan tidak berdosa ? Kalau menurut saya, belum tentu !
Dalam injil Lukas 13:14 :
"Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak ! Kata-Ku padamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."
Tuhan mengajarkan saya melalui semua peristiwa itu, kalau kita masih bisa selamat dari bencana alam, berarti kita harus
bersyukur dan bertobat serta mengubah hidup kita menjadi berkenan di
hadapan Tuhan karena bisa saja Tuhan masih murah hati memberikan kita
kesempatan untuk hidup yang mungkin tidak akan datang lagi untuk yang kedua
kalinya.
Tuhan lah yang membuat kami semua kuat sehingga kami bisa melihat dengan mata iman bahwa Tuhan mempunyai rancangan dan rencana yang terbaik buat mami dan keluarga kami sehingga kami bisa menerima mami kami meninggal dengan cara demikian. Tidak penting bagaimana cara seseorang meninggal, yang penting adalah ke mana orang itu akan pergi setelah ia meninggal.
Jadi, berbahagialah orang-orang yang masih diberikan kesempatan oleh Tuhan, bukan hanya bisa mengucapkan selamat hari ibu, tetapi juga masih memiliki kesempatan untuk mengasihi dan berbuat baik kepada ibu maupun ayah mereka.
Happy mother's day to all Moms in the world.